Pendekatan epidemiologi

III. STUDI CROSS-SECTIONAL

Studi cross sectional adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dari populasi tunggal, pada suatu waktu atau periode.
Model cross-sectional disebut juga studi prevalensi, karena yang diukur adalah prevalensi. Berbeda dari model terdahulu, dimana aksi agent dapat dinyatakan sebagai mendahului penyakit, maka dalam model ini baik agent dan penyakit diteliti pada saat yang sama.Model ini relatif lebih mudah, lebih cepat dan denga sendirinya menjadi lebih murah tetapi sulit menghubungkan antara faktor pemapar dengan prevalensi yang didapat. Dengan demikian, model ini tidak dapat digunakan untuk memperkirakan atau menguji hipotesa hubungan agent dan penyakit. Tetapi, penelitian ini berguna bagi suatu studi tentang suatu faktor yang bersifat permanen, misalnya bangsa, golong darah, karakteristik manusia dan keadaan demografi, keadaan sakit dan kebiasaan hidup yang dihubungkan dengan distribusi tas dasar manusia, jenis kelamin, dan bangsa.

KELEBIHAN
a. Memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya pasien yang mencari pengobatan dan generalisasinya cukup memadai
b. Relatif mudah, murah dan hasilnya cepat diperoleh
c. Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus
d. Jarang terancam loss to follow up
e. Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau eksperimen, tanpa atau sedikit sekali menambah biaya
f. Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat konklusif
g. Mengetahui prevalensi penyakit kronis, penyakit akibat kerja dan penyakit akibat terpapar oleh bahan racun
h. Memberi usaha informasi untuk usaha pencegahan
i. Dipakai sebagai pemula ( prerekuisit ) untuk studi longotidinal dan prospektif
j. Biasanya gampang menentukan cara analisisnya
k. Dapat digunakan untuk faktor risiko
l. Dapat digunakan untuk studi penyakit yang jarang terjadi


KEKURANGAN
a. Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan
b. Diperlukan seleksi sampel yang kuat
c. Study prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa sakit yang pendek, karena individu yang cepat sembuh atau cepat meninggal mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk menjaring dalam study
d. Dibutuhkan jumlah subyek yang cukup banyak terutama bila variabel yang dipelajari banyak
e. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insiden maupun prognosis
f. Tidak praktis untuk menggambarkan penyakit atau kasus yang sangat jarang
g. Mungkin terjadi bias prevalens dan bias insidens karena efek suatu faktor risiko bisa disalah tafsirkan sebagai efek/penyakit
RUMUS
Rasio Prevalens ( RP ) = (a/ ( a + b )) / c/ ( c + d )

INTERPRETASI
a. RP = 1 variabel yang diduga sebagai faktor risiko tersebut tidak ada pengaruhnya dalam hal terjadinya penyakit/netral
b. RP > 1 variabel yang diduga sebagai faktor risiko memang sebagai penyebab terjadinya penyakit
c. RP < 1 Variabel faktor risiko tersebut merupakan faktor protektif terjadinya penyakit

Contoh :
Hubungan kebiasaan merokok dengan frekuensi kasus hipertensi Di Puskesmas ngresep II , dengan menggunakan rancangan atau pendekatan cross sectional.
Langkah-langkah :
1. Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan kedudukanya masing-masing.
Variabel dependen (efek ) : frekuensi kasus hipertensi
Variebel independen (risiko ) : kebiasaan merokok
Variabel independent (risiko) yang dikendalikan : musim,pengetahuan,perilaku.
2. Menetapkan subjek penelitian atau populasi dan sampelnya.
Subjek penelitian : bapak. waktu : Juli dan cara pengambilan sampel : simpel random sampling. Tempat : semarang
3. Melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran terhadap variabel dependen-independen dan variabel-variabel yang dikendalikan secara bersamaan (dalam waktu yang sama).
4. Mengolah dan menganalisis data dengan cara deskriptik dan analitik.

0 komentar:

Posting Komentar